Kamis, 08 Juli 2010

Piala Dunia adalah ajang yang merangkum segala aspek kehidupan manusia -- politik, ekonomi, hingga agama.

Johan Cruyff adalah seorang penganut Katolik yang taat. Tapi dia sering disalahtafsirkan sebagai seorang ateis gara-gara tak mempercayai khasiat doa sebelum bertanding sepakbola.

"Kalau kami berdoa sebelum bertanding meminta kemenangan, pastilah lawan juga melakukan hal serupa. Kalau Tuhan itu adil, pastilah hasil pertandingan sepakbola selalu seri," ujarnya suatu ketika.

Sepakbola memang tak mengenal batas. Sepakbola bahkan bisa menyentuh manusia dalam hal yang paling pribadi, seperti kepercayaan mereka terhadap Tuhan. Ketika kemenangan begitu dicari di atas lapangan sepakbola, orang-orang membutuhkan sesuatu yang dapat mendorong mereka meraihnya. Ambisi, impian, tekad, dan semangat takkan lengkap jika tidak disertai keyakinan. Tak pelak, Piala Dunia yang digelar di Afrika Selatan tahun ini sudah seperti festival religi.

Lihatlah Diego Maradona yang selalu
lekat dengan nuansa religius di dalam maupun di luar lapangan hijau.

Pada 1986, El Pelusa menggunakan tangannya untuk menciptakan gol ke gawang Peter Shilton pada pertandingan perempat-final Piala Dunia. Dengan santai kepada wartawan usai bertanding, Maradona mengaku gol yang dibuatnya berkat "setengah dari dirinya dan setengah lagi bantuan tangan Tuhan". Mitos gol "tangan Tuhan" pun tercipta dan senantiasa dibicarakan bertahun-tahun.

Di Afrika Selatan, nuansa serupa masih lekat pada diri Maradona. Sebelum menghadapi Jerman, seorang bocah menghampirinya dan bertanya, "Apakah Argentina akan masuk final?"

"Jangan khawatir nak, selama Tuhan mengizinkan, Argentina pasti masuk final. Dan memang Tuhan berkehendak Argentina masuk final," jawab Maradona dengan senyum di balik jambangnya.

Saat pertandingan, Maradona seolah menegaskan telah menggenggam keberpihakan Tuhan kepada timnya melalui seuntai rosario yang tak pernah lepas dari tangannya. Namun, Tuhan punya jawaban lain. Argentina akhirnya takluk empat gol tanpa balas dari Jerman.

Nuansa religius juga menaungi tetangga Argentina, Brasil. Ada empat pemain yang mewakili kelompok Kristen Evangelis di Selecao, yakni Lucio, Luisao, Felipe Melo, dan Kaka.

Keyakinan Evangelis yang dianutnya telah mengubah tabiat Lucio jadi pemain yang lebih tenang. Bek berangasan itu bahkan didaulat pelatih Carlos Dunga menjadi kapten tim. Cerita Kaka lain lagi. Ketika Piala Dunia 2006 pelatih Carlos Alberto Parreira membebaskan para pemain Brasil berhubungan seks, Kaka paling depan menentangnya. Bagi Kaka, seks adalah sesuatu yang suci. Pemain Real Madrid ini bahkan mengungkapkan dirinya masih perjaka sampai akhirnya menikah dengan Caroline Celico.

Jika mencari sosok pemain yang paling religius di dunia sepakbola modern saat ini, tidak ada sosok paling tepat selain Kaka. Lihatlah gaya selebrasinya acap kali usai mencetak gol. Dua tangan Kaka menunjuk ke arah langit dan sambil mendongakkan kepala, mulutnya menggumamkan doa syukur. Tren selebrasi ini banyak ditiru pemain lain, misalnya Clint Dempsey yang merayakan golnya ke gawang Inggris di Piala Dunia kali ini.

Sayangnya, kalaupun mencetak gol di Piala Dunia, Kaka tak diizinkan memperlihatkan kausnya yang terkenal itu, "I Belong to Jesus". FIFA dengan tegas melarang adanya pesan religius di kaus dalam para pemain.

Menurut Bradley Onishi, kandidat doktor Studi Agama di Universitas California Santa Barbara, Piala Dunia tak ubahnya seperti kebangkitan religius.

"Piala Dunia bukanlah tentang politik, atau ekonomi, atau agama. Bukan tentang harapan atau cinta atau ketakutan. Bukan tentang kedamaian, kekerasan, kebencian, atau perubahan," tukasnya seperti dilansir USA Today.

"Piala Dunia bukan setiap soal itu, karena Piala Dunia adalah tentang semuanya. Seperti sesuatu yang disakralkan, Piala Dunia memiliki hubungan dengan keseimbangan paradoksial antara kesadaran transedensial manusia dan keberadaan Tuhan."

"Kalau Piala Dunia bukan tentang agama, tampaknya banyak fenomena di Piala Dunia yang menjelaskan kalau ada sesuatu dalam sepakbola yang dianggap bersifat religius dan disakralkan."

"Anehnya, Piala Dunia bukanlah sesuatu yang menghantui kehidupan manusia dari hari ke hari. Piala Dunia adalah ritual yang sangat digarap dengan cermat dan dimainkan di tingkat global secara besar-besaran. Piala Dunia menghubungkan politik, ekonomi, dan agama dengan cara merangkul kesemuanya."

Tak perlu heran kalau menyaksikan pemandangan yang terjadi sebelum pertandingan pembukaan Piala Dunia bulan lalu. Para pemain Afrika Selatan berangkulan membentuk lingkaran besar dan Steven Pienaar berlutut di tengah-tengah. Mereka sedang berdoa dan menyatukan kehendak untuk meraih hasil terbaik dalam pertandingan melawan Meksiko.

Seperti halnya yang dilakukan para pemain Ghana sebelum babak adu penalti babak perempat-final melawan Uruguay. Untuk menenangkan hati dalam babak penentuan itu, John Pantsil maju ke tengah-tengah lingkaran dan mengucapkan doa.

Untuk membantu dirinya fokus, pengatur serangan Jerman Mesut Oezil mengaku membaca Al-Quran sebelum pertandingan. "Saya selalu melakukannya sebelum bertanding. Saya berdoa dan rekan-rekan setim tahu mereka tak bisa mengajak saya mengobrol untuk sejenak," ungkapnya kepada Der Tagesspiegel.

Jangan heran pula ketika masyarakat dunia Arab ramai-ramai memanjatkan doa untuk penampilan baik Aljazair, satu-satunya wakil Arab di Piala Dunia, saat menghadapi lawan-lawannya di turnamen. Sentimen dukungan memuncak saat Aljazair menghadapi Amerika Serikat, lawan yang secara politik dan ekonomi dianggap sangat menghegemoni wilayah Timur Tengah, terutama pasca-invasi Irak.

Begitu juga ketika Paus Benediktus memanjatkan doa untuk negaranya, Jerman, sebelum turnamen dimulai. Ketika mengetahui Jerman dikalahkan Spanyol di semi-final, Paus Benediktus tetap bahagia dengan keberhasilan Spanyol, yang memiliki akar Katolik yang kental, seperti halnya negara asalnya.

Ketika final Piala Dunia digelar di Johannesburg, Minggu 11 Juli nanti, bukan tidak mungkin tim juara dunia adalah mereka yang memiliki keyakinan menang paling kuat. Keyakinan adalah sesuatu yang dapat mendorong pemain secara indvidual untuk mewujudkan impiannya. Jadi, jangan dengarkan ucapan Cruyff...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kalau mau nanya-nanya soal komputer juga bisa request disini kok, komen aja disini.. itung-itung sharing buat nambah ilmu dan teman

jangan lupa komen ya ^_^